Jumat, 14 September 2012

Bukittinggi


The heart of the highlands, Bukittinggi is a two-hours drives through beautiful of Anai valley countryside and up to the Agam Plateau. A center of attraction is the town's clock tower, topped with a horn- shaped roof and referred to by the people as Jam Gadang. It overlooks the market square and the city's magnificent surroundings. Located 930 meters above sea level, Bukittinggi, formerly named Fort De Cock by the Dutch, has a cool climate and is surrounded by three volcanoes: Tandikat, Singgalang and Merapi. In the outskirts of Ngarai Sianok town, a canyon that separate Bukittinggi from Gadang City, 12 km away overland. Gadang City is renowned for its fine silver filigree and hand embroidery.

Also worth visit the Museum, which is a Rumah Gadang, a traditional extended family house built in the 19th century. There are dance performances at the museum's open stage every Sunday and on public holidays. Night dance performances are at Sliguri. It is also worth seeing the bullfights at Padang Lawas (6 km south of Bukittinggi) every Tuesday at 5.00 p.m. The delightful hill town, Bukittinggi nestling amid mountain greenery at 920 m above sea level is the Minangkabau capital (victorious buffalo) people. Bukit Tinggi means 'high hill' is stunningly located with views over fertile valleys to two volcanoes, Mt Merapi and Mt Singgalang. It is laid out in tiers down the steep hillside, each level connected to the next by precipitous stone steps and passageways.

The central landmark in Bukittinggi is the clock tower, with its stylized roof, standing in the town square. Geographically, the town's highest point is the Rumah Adat Baandjuang Museum. It is 140 years old classic rumah adat (clan house). It exhibit include wedding and dance costumes, head dressers, musical instruments, village crafts and historic weaponry. Panorama Park has spectacular views over the Sianok and Ngarai canyons

Payakumbuh

Kabupaten Lima Puluh Kota dengan luas ± 3.354,30 km2 terletak pada bagian timur wilayah Sumatera Barat yaitu 00 22' LU dan 00 23'LS serta antara 1000 16' - 1000 51' BT dan berbatasan langsung dengan Propinsi Riau. Disamping mempunyai potensi dibidang kepariwisataan dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Barat, daerah ini juga berada pada jalur strategis yang menghubungkan Sumatera Barat dengan Riau. Daerah yang dikenal memiliki falsafah hidup kemasyarakatan yang masih kuat yang biasa diungkapkan dengan kata kata "Aienyo Janiah Ikannyo Jinak, Sayaknyo Landai, Dalamnyo nan Indak Taajuak, Dangka nan Indak Tasubarangi" . Makna dari ungkapan ini adalah bahwa masyarakat daerah ini suka akan keterbukaan, serta ramah dan bersahabat, namun demikian masyarakat daerah ini sulit untuk didikte oleh orang lain.Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan kepariwisataan daerah. Tercatat banyak sekali objek wisata yang terdiri dari :

OBJEK WISATA ALAM Sebagai Luak Nan Bungsu diantara 3 Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki banyak bukit, lembah dan sungai yang berkelok-kelok serta potensi alam yang cukup unik seperti air terjun, telaga, ngarai, batu yang terjal, gua serta hutan dengan barbagai jenis flora dan fauna. Potensi alam yang indah dan unik ini terdapat dibeberapa Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota.

LEMBAH HARAU, Terletak 15 km ke arah timur kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan waktu relatif singkat (± 20 menit) dengan transportasi angkutan umum pedesaan. Objek Wisata Lembah Harau ini dibagi kedalam 3 resort, yaitu :
RESORT AKA BARAYUN
Dengan kawasan pengembangan seluas ± 225 ha, saat ini dikembangkan sebagai salah satu tujuan rekereasi anak dan remaja dengan berbagai jenis daya tarik dan jenis permainan anak seperti ayunan putar dan sepeda air yang dilengkapi kios-kios souvenir dan makanan/minuman, taman satwa seperti rusa, siamang, beruang madu, burung kasuari dan selanjutnya akan dikembangkan taman penangkaran kupu-kupu. Selain keindahan alam dengan air terjun yang memberikan nuansa alam yang asri, bukit batu yang sangat terjal sering dijadikan arena panjat tebing bagi pecinta alam. Disini juga terdapat fasilitas penginapan berupa pondok wisata (Pondok Wisata Echo) yang bisa digunakan oleh wisatawan yang ingin menginap. Dibangun dengan arsitektur rumah tradisional minangkabau, pengunjung bisa menginap dan bermalam di lokasi ini. Suasana yang nyaman, asri serta jauh dari kebisingan dan polusi, dikelilingi bukit batu yang terjal dan hamparan sawah yang menghijau. Sesuai dengan namanya, dekat lokasi ini terdapat suatu tempat yang bisa menimbulkan suara gema/gaung yang bergelombang (echo).
RESORT sarasah BUNTA
Pada areal ini masih terdapat hutan yang terpelihara dengan baik, dan biasanya tempat ini digunakan untuk kegiatan perkemahan dan pengembangan taman buah-buahan. Memiliki air terjun dengan ketinggian 70-100 meter diantaranya air terjun Sarasah Bunta, Sarasah Aie Luluih, dan Sarasah Muraidan dengan aliran sungai-sungai kecil yang jernih.
RESORT RIMBO PIOBANG
Kawasan ini direncanakan untuk pengembangan taman margasatwa. Dengan luas lahan ± 400 ha, kawasan ini didukung lokasi yang relatif dekat dengan jalan raya Payakumbuh-Pekanbaru, mempunyai potensi flora dan fauna yang terpelihara dengan baik dan memiliki rawa sebagai sumber air, serta adanya jalan tembus dari desa Ketinggian menuju ke Sarasah Bunta dan resort Aka Barayun.
MUSEUM ARKEOLOGI BELUBUS,
Menhir juga banyak ditemui di Belubus, Kecamatan Guguak. Benda-benda cagar budaya ini tersebar berkelompok-kelompok dalam berbagai bentuk dan ukuran. Agar keberadaannya tetap terpelihara, maka dibangunlah Taman Purbakala dan museum arkeologi dalam bentuk rumah adat Minangkabau. Situs yang berjarak ± 8 km dari kota Payakumbuh ini banyak dikunjungi untuk penelitian arkeologi.
TUGU PDRI KOTO TINGGI
Koto Tinggi pada masa Agresi Militer II tahun 1948, sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia, karena disinilah Pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dilanjutkan setelah Ibukota Negara Jogjakarta berhasil direbut Belanda dan para pemimpin RI ditangkap. Untuk mengenang peristiwa ini, maka pemerintah mendirikan sebuah tugu perjuangan setinggi 7 meter dan diberi nama Tugu PDRI Koto Tinggi. Objek wisata sejarah ini bisa ditempuh dengan kendaraan umum maupun pribadi, 2 jam dari kota Payakumbuh ( ± 50 km dari kota Payakumbuh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar